Halaman

PENELUSURAN

Selasa, 04 Oktober 2011

MENGENAL LEBIH JAUH KYAI MANGUNARSO PENDIRI DESA BALEREJO ( bahan sarasehan )

Penulis : Ny. Anie Santiko, Jakarta Januari 2002

Sekitar tiga kilometer sebelah barat Uteran Madiun, terletak Desa Balerejo yang dibangun Kyai Mangunarso. Tokoh yang sangat diagungkan baik oleh keturunan beliau maupun oleh masyarakat setempat dan sekitarnya.

Berbagai karangan mengenai beliau telah ditulis oleh keturunannya, selain silsilah terdapat dua karangan yang menarik yaitu “ Kyai Mangunarso Pembangun Desa Balerejo “ ( Kamil, 1969 ) dan “ Kisah Eyang-Eyang Kita “ ( RKM, tahun tak diketahui ).
Dalam kedua karangan itu antara lain telah dibahas tentang Kyai Mangunarso, asal-usulnya, pernikahan dengan salah seorang putri PB V yang bernama Bening Sundari sebagai hadiah PB VII setelah Kyai Mangunarso berhasil melerai pertikaian agama di Surakarta, tentang pendirian desa Balerejo, tentang pendirian Bale Griyo Balerejo dan sebagainya.

Pada sarasehan para cucu dan buyut Ki Muh. Karik yang diadakan di Bale Griyo Balerejo pada 11 Juli 2001 malam, muncul berbagai pertanyaan menyangkut riwayat Kyai Mangunarso, antara lain mengenai :
• Pertikaian agama yang bagaimanakah yang dilerai oleh Kyai Mangunarso, sehingga beliau mendapat anugerah putri PB V
• Apa sebab Kyai Mangunarso membangun Bale Griyo Balerejo di desa Balerejo
• Bagaimanakah sebenarnya ajaran-ajaran Kyai Mangunarso untuk keturunannya
dan sebagainya.

Dalam karangan kecil ini akan dicoba mencari fungsi dan makna simbolik Bale Griyo Balerejo dan akan dicoba untuk mengungkap ajaran Kyai Mangunarso. Untuk mengungkap hal yang disebut terakhir ini tidaklah mudah karena hingga sekarang belum ditemukan ajaran beliau yang berbentuk tulisan, walaupun terdapat beberapa wejangan ( nasehat ) yang dianggap sebagai ajaran Kyai Mangunarso.Wejangan yang terkait dengan masalah keagamaan, moral dan sosial ekonomi telah dihimpun antara lain oleh Nyi Mumpuni B. Sulaiman Hadi.

Untuk memahami berbagai wejangan tersebut dan menjawab berbagai pertanyaan di atas, ada baiknya kita ungkap terlebih dahulu agama, kehidupan social-ekonomil dan social-politik pada saat itu. Cara yang ditempuh untuk mengungkap hal- hal tersebut adalah :

1. melacak sosok Nyai Mangunarso yang diperkirakan putri PB V dan menikah dengan Kyai Mangunarso pada masa PB VII memerintah di Surakarta. Setelah memperoleh , maka dapat dipelajari dari berbagai sumber tertulis, baik dari Perpustakaan Baliwerti Keraton Surakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan UI, dan sebagainya mengenai bentuk agama Islam yang berkembang di Surakarta pada abad XVIII-XIX. Demikian pula akan kita pelajari tentang kehidupan social-politik\ekonomi masa itu untuk dapat mengerti sikap Kyai Mangunarso terhadap kehidupan wong cilik dan alas an beliau untuk mengutamakan kesejahteraan rakyat.

2. mempelajari inti Serat Centhini untuk lebih memperdalam pengetahuan yang disebut pada butir 1 ( satu ). Serat Centhini sering dianggap semacam “ ensiklopedia “ kebudayaan Jawa yang berisi antara lain :
cerita semi-historis tentang jatuhnya Majapahit dan berdirinya Mataram Islam, cerita tentang candi-candi dan tempat-tempat suci lainnya, tentang keagamaan, tentang hal- hal yang bersifat magis, kehidupan seksual, dan sebagainya.

Di samping itu kita bandingkan dengan data dari Serat Cebolek ( ( Soebandi, 1975 ), Serat Bonnang atau Nasehat Seh Barri ( Drewes, 1969 ), dan beberapa kitab Babad.

Tidak ada komentar: