Halaman

PENELUSURAN

Senin, 26 Agustus 2019

SHALAT ARBA'IIN

Shalat Arba'iin.

"Barang siapa shalat di masjidku 40 kali shalat tidak luput darinya satu shalat pun, maka ditulis baginya kebebasan dari Neraka dan siksa dan dia lepas dari kemunafikan".

Hr. Ahmad (lll/155), at-Thabarani dalam Mu'jam al-Ausah (ll/32 ), dari jalan Abdurrahman bin Abu Rijal dari Nubaith bin Umar dari Anas bin Malik.

Mereka bertiga dalam ilmu hadits disebut sanad yaitu jalur para perawi dalam meriwayatkan hadits.

Namun sayang sanad hadits ini lemah, dikarenakan salah seorang perawinya Nubaith bin Umar tidak dikenal oleh ahli hadits, kecuali dalam hadits ini saja. Dan beliau seorang perawi yang cacat dalam catatan para ulama ahli Hadits.

Kemudian lafadz hadits ini menyelisihi lafadz hadist yang shahih berkenaan dengan Hadits Shahih Arbain.

Maka dalam disiplin Ilmu Hadits, hadits di atas disebut Hadits Munkar, yaitu suatu hadits yang diriwayatkan perawi yang fasiq ( berbuat maksiat ) terang-terangan, banyak keliru serta pelupa. Karenanya Hadits Munkar ditolak, tidak bisa dipakai sebagai dalil atau pun pegangan.

Adapun hadits yang shahih :
" Barang siapa shalat 40 hari secara berjamaah dan mendapat takhbiratul ihram, maka ditulis baginya 2 kebebasan; Kebebasan dari Neraka dan Kebebasan dari Kemunafikan".

Jadi pengertian shalat Arbain tidak hanya mencukupkan Di Masjidil Nabawi saja seperti disebutkan dalam Hadits Munkar tentang Shalat Arbain.

Wallahu 'alam.

*Sumber : "Buletin Jum'at Masjid Jami' Ath-Thayyibah", ed. 63, jumat pertama sept. 2018.


Minggu, 11 Agustus 2019

BERBUAT BAIK DAN MEMAAFKAN

BERBUAT BAIK DAN MEMAAFKAN.

Keagungan ajaran Islam senantiasa tercermin pada pribadi Nabi Muhammad saw. Itulah yang menyebabkan umat manusia yang menyadarinya menyintai Rasulullah saw. Sepanjang hayat kehidupan beliau tidak pernah sedikitpun rasa dendam dan kebencian bersemayam dalam hatinya. Tidak pernah tersinggung atau marah karena urusan pribadi.

Beliau selalu memaafkan dan menyayangi, bahkan terhadap musuh yang memeranginya.
Salah satu nasehat beliau :" Man 'aafa iendal qudroti affallahu anhu yaumal usrotti " ( Barangsiapa memaafkan saat ia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan).

( Hr. At-Thabarani ).

Nabi Muhammad saw memisahkan beberapa benda ( yang bermanfaat ) sebagaimana beliau biasa lakukan namun seorang Ashar berkata :" Demi Allah, pembagian ini dilakukan bukan karena Allah"

Rasulullah saw mendengar kata-kata tak benar ini dan sangat tersakiti karenanya. Ekspresi wajah beliau berubah dan hampir saja beliau marah, namun kemudian berkata :" Musa mengalami penghinaan lebih buruk daripada ini, dan ia menghadapi mereka, sehingga mereks merasa bosan dengan kesabaran".

Dengan kata-kata yang sedikit ini, kemarahan Nabi hilang dan hati beliau yang mulia dan penuh maaf pun tampak.

Seseorang minta idzin untuk menghadap Nabi saw dan beliau bersabda :" Biarkan ia masuk, apakah ia seorang anak yang jahat kepada sukunya atau saudara yang jahat kepada sukunya".

Ketika orang itu masuk Nabi saw berbicara kepadanya dengan ramah dan lembut.
Aisyah ra berkata :" Ya Rasulullah engkau mengatakan apa yang engkau katakan, kemudian engkau bicara kepadanya dengan ramah".

Beliau bersabda :" Ya, Aisyah, orang yang terburuk dalam pandangan Allah adalah orang yang dipandang ( diplototi ) oleh orang lain atau yang kepadanya manusia bersikap baik karena takut akan mulutnya yang tajam".

( Hr. Bukhari ).

Sahabat Nabi saw Abu Darda ra berkata :" Kami tersenyum kepada manusia, bahkan meskipun dalam hati kami mengutuk mereka "

sumber :" Lembaran Da'wah keluarga Marhamah, edisi 1189 th. XVIII 1436 H/2015 M".

Sabtu, 03 Agustus 2019

KEGAGAHAN IMAM MALIK.

WA AMMAA BINI'MATI RABBIKA FAHADDITS.

Imam Malik bertubuh tinggi, besar dan suka berpakaian yang baik dan bersih. Namun beliau kerap berkata di hadapan orang banyak :" Cinta keduniaan itu menjadi pokok segala kesalahan".
Pada saat akan shalat Jum'at beliau berpakaian serba indah dan bagus. Kira-kira seharga lebih dari 100 dinar.

Pada satu jum'at beliau berjalan menuju masjid dan bertemu seorang kenalan ( Yahudi ) yang berkata :
" Wahai tuan guru! Saya heran melihat engkau. Saya kerap mendengar engkau menerangkan tercela dan hinanya orang yang cinta keduniaan dan kekayaan serta kemewahan hidup di dunia. Kini saya lihat engkau dalam keadaan sebaliknya. Pakaian yang engkau pakai itu semuanya menunjukkan bahwa engkau seorang yang cinta keduniaan dan suka kemewahan hidup di dunia ini, bukan?"

Imam Malik tersenyum dan berkata :
" Oh saudara. Benar aku sering mencela orang yang cinta keduniaan dan suka kemewahan hidup di dunia. Tetapi tidakkah saudara ingat, aku sering membacakan firman Allah " wa ammaa bini'mati rabbika fahaddits " ( adapun kepada kurnia Tuhanmu - Muhamnad -, maka hendaklah engkau ceriterakan!'). Jadi berpakaian seperti ini, tidak lain aku hendak menceriterakan, menyatakan dan memperlihatkan ni'mat kurnia Allah yang diberikan kepadaku. Saudara hendaknya jangan salah terima!".

Orang Yahudi seketika memalingkan muka dan beliau meneruskan perjalanan ke masjid.

Beliau berpakaian seakan-akan seorang hartawan besar, tampak seperti orang yang cinta kemuliaan dan suka kemewahan hidup dunia.

*sumber : " Biography Empat Serangkai Imam Mazhab"/K.H. Munawar Khalil, Penerbit Bulan Bintang, 1977.