Halaman

PENELUSURAN

Selasa, 30 Juli 2019

IMAM HANAFI TERHADAP BID'AH.

1. Hendaklah kalian mengikuti akan atsar ( bekas pimpinan orang terdahulu di masa Nabi dan para sahabat ); dan jauhkanlah pendapat-pendapat orang dalam urusan, walaupun dihiasi dengan kata-kata yang manis. Sesungguhnya urusan agama itu terang, gilang-gemilang. Dan kamu hendaknya di atas jalan yang lurus.

2. Jauhkanlah olehmu akan perbuatan bid'ah dan mencari-cari bid'ah serta melampaui batas dalam urusan agama. Hendaklah kamu mengikuti perkara-perkara yang awal ( mengikuti pimpinan Rasulullah saw ).

3. Hendaklah kamu mengikuti atsar, dan jauhilah olehmu akan tiap-tiap perkara baru, karena yang baru dalam urusan ibadah adalah bid'ah.

Jumat, 26 Juli 2019

IMAM HANAFI DAN HADITS.

IMAM HANAFI DAN HADITS.

Imam Hanafi bermimpi bahwa beliau telah menggali makam Rasulullah saw dan mengumpulkan tulang belulangnya.

Imam Yahya bin Nashar pernah menanyakan kepada beliau :" Apa ibarat mimpi itu?".

Beliau menjawab : " Mendengar keterangan dari selain saya itu lebih baik, maka tanyakanlah kepada orang lain".

Yahya bin Nashar mendesak :" Bagaimanapun juga saya ingin mendengar keterangan dari engkau sendiri tentang ta'bir mimpi itu".

Dengan ini maka beliau berkata :" Orang yang mimpi impian seperti itu akan menghidupkan ilmu pengetahuan yang telah dimatikan; dan atau menghidupkan Sunnah Nabi saw yang telah dipadamkan".

Dalam kenyataan, beliau adalah seorang alim besar yang amat cinta kepada sunnah Nabi saw dan ilmu hadits.

- Pesan beliau kepada para murid : "Jauhilah olehmu membicarakan urusan Agama Allah dengan kemauan fikiran, dan hendaklah kamu benar-benar ikut Sunnah Nabi saw, karena barangsiapa keluar dari Sunnah, tentu sesatlah adanya".

- Suatu hari seorang ahli ilmu dari Kufah datang ke rumah Imam Hanafi, sedang beliau baru membaca Hadits Nabi saw.
Tiba-tiba orang itu berkata :" Marilah kita meninggalkan Hadits itu, tidak perlu mengikutinya"

Seketika beliau sangat marah dan berkata :" Jika tidak ada Sunnah/Hadits, seseorang dari kita tidak akan dapat mengerti Al-Qur'an".

- Suatu hari Imam Hanafi ditanya : " Umumnya orang, dewasa ini tidak begitu suka mengamalkan pimpinan Hadits, padahal mereka suka mendengarkannya?"

Jawab beliau :" Mereka suka mendengar Hadits-Hadits Nabi saw. itu, berartilah mereka itu akan suka mengerjakannya".

- Imam Hanafi pernah berkata : " Tidak patut bagi seseorang, bila ia bicara perihal urusan agama, melainkan jika mengerti bahwa yang menerima syariat itu ialah Rasulullah saw".

- Imam Hanafi berkata :" Manusia tetap di dalam kebajikan, selama di kalangan mereka itu ada yang menuntut ilmu Hadits. Apabila mereka mempelajari ilmu apapun, tetapi tidak ada yang mempelajari ilmu Hadits, tentu binasalah mereka.

Rabu, 24 Juli 2019

KETEGUHAN JIWA IMAM HANAFY.


KETEGUHAN JIWA IMAM HANAFY.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Qadhy bin Ka'as.
Pada suatu hari Imam Abu Hanifah sedang di masjid, ketika itu jatuhlah seekor ular dari atap ke atas pangkuannya. Beliau tidak berubah wajahnya, tidak gentar dan tidak pindah dari tempatnya.

Bahkan beliau berkata :" Tidak akan ada bahaya menimpa kita, melainkan apa yang telah ditulis oleh Allah pada kita"
Perkataan ini sesungguhnya terambil dari ayat Al-Qur'an :" Qul lan yushibana illa ma katabal'Lahu lana".

Ular besar tadi lalu dipegang dengan tangan kiri beliau lalu dilemparkannya, dengan tidak membahayakan bagi beliau. Dengan tenang, beliau tetap ditempat duduknya.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang berjiwa teguh, berhati baja, pemberani, tidak gentar menghadapi sesuatu yang dianggap membahayakan oleh sebagian orang.
Bahwa beliau adalah seorang yang berjiwa teguh, berhati baja, berani, tidak takut menghadapi sesuatu yang berbahaya. Tidak takut menghadapi bahaya dalam nenegakkan kebenaran yang telah diyakini.

* sumber :" Biography Empat Serangkai Imam Mazhab"/K.H. Munawar Khalil/Penerbit Bulan Bintang 1977.

Senin, 22 Juli 2019

Kelapangan dada Imam Hanafi.

Isham bin Yusuf berkata :" Pada suatu hari ada seorang lelaki berdiri di halaman masjid, mencela dan nencaci maki Imam Abu Hanifah dengan mulutnya yang kasar dan tidak sopan.

Padahal beliau sedang mengajar di depan orang banyak di dalam masjid itu. Beliau tidak mengindahkannya dan tidak pula memalingkan muka kepada orang itu ; tidak menjawab sepatahpun, bahkan para sahabat dilarang menghadapkan muka ke orang itu.

Setelah beliau selesai mengajar, lalu berdiri dan pulang ke rumahnya tanpa mau menengok orang yang tak sopan tersebut. Orang itu mengikuti beliau dengan tidak berbuat sesuatupun.

Sesampai di depan pintu rumahnya, beliau memutar badan  menghadapkan muka kepada laki-laki tersebut.
Beliau berkata :" Ini rumahku. Maka bila kamu masih mempunyai kehendak mencaci maki aku, dan masih menyimpan perkataan-perkataan yang akan disampaikan kepadaku, katakanlah semuanya, agar kamu tidak menyimpan perkataan-perkataan yang kasar dan buruk itu!".

Lelaki itu merasa malu dan meminta maaf kepada beliau. Beliau memaafkannya.

* sumber : " Biography Empat Serangkai Imam Mazhab/K.H. Munawar Khalil", Bulan Bintang,1977.