Halaman

PENELUSURAN

Minggu, 20 Januari 2019

THUFAIL bin AMR AD-DAUSY.

Thufail bin Amr Ad-Dausy. Penyair cerdas, pemimpin kabilah Dausy. Datang ke Makkah pada tahun kesebelas dari nubuwah. Ia disambut meriah oleh sanak saudara.

Mereka berkata kepadanya :" Wahai Thufail engkau sudah tiba di daerah kami. Sementara orang di tengah kami merintangi kehendak kami, memecah persatuan, mencaci urusan kami. Kami khawatir dirimu dan kaummu bernasib sama. Maka janganlah sekali-kali engkau berbicara atau mendengar apapun darinya".

Thufail :" Demi Allah, mereka berkata seperti itu terus menerus. Hingga aku memutuskan tidak akan mendengar apapun darinya dan tidak akan berbicara dengannya. Bahkan aku tutup telinga dengan kapas ketika ke masjid. Di masjid beliau berdiri shalat dekat Ka'bah. Aku berdiri di dekatnya. Allah berhendak agar aku bisa mendengar sebagian kata-katanya. Kudengar kata-kata yang baik.

Aku berkata dalam hati :' Demi ibuku yang telah melahirkanku dengan susah payah, demi Allah aku adalah seorang penyair yang cerdas. Bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Apa yang menghalangiku untuk mendengar apa yang dikatakan orang ini? Jika kata-katanya baik, aku bisa menerimanya. Jika buruk, aku bisa meninggalkanya begitu saja'
Aku tetap diam seperti semula, tatkala beliau pulang aku mengikutinya. Beliau masuk rumah, aku juga ikut masuk ke rumahnya. Kukisahkan kedatanganku dan bagaimana orang-orang selalu menakutiku. Kuceriterakan pula, aku menyumbat telinga dengan kapas, yang akhirnya bisa mendengar sebagian kata-katanya.

Aku berkata :" Jelaskanlah urusanmu kepadaku".
Beliau menjelaskan Islam dan membacakan Al-Qur'an di depanku. Demi Allah tak pernah kudengar kata-kata yang lebih bagus dari apa yang beliau katakan, tak pernah kudapatkan urusan yang lebih adil dari itu. Seketika aku masuk Islam dan menyampaikan kesaksian yang benar.

" Aku adalah orang yang ditaati kaumku. Aku akan kembali kepada mereka dan mengajak mereka kepada Islam. Maka berdoalah kepada Allah agar membuatkan bagiku sebuah bukti penguat".
Maka beliau berdo'a untukku. Adapun bukti penguatnya terjadi saat dia sudah mendekati umatnya. Allah menampakkan cahaya diwajahnya.
" Ya Allah, jangan jadikan cahaya di wajahku, karena aku khawatir mereka akan berkata :' Ini serupa dengannya'". Lalu cahaya beralih ke cambuknya.

Bapak dan istrinya diajak masuk Islam. Keduanya mau masuk Islam. Kaumnya tak mau masuk Islam begitu saja, tetapi dia tetap telaten terhadap mereka, hingga dia hijrah bersama 70 atau 80 keluarga setelah perang Al-Khandaq.
Mendapat cobaan yang baik demi Islam, mati syahid dalam perang Al-Yamamah.

sumber : " Sirah Nabawiyah", Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury.

Tidak ada komentar: